Sabtu, 23 Agustus 2008

Kemungkinan sama memulai Puasa dan Berhari Raya 1429H


Oleh : Firdaus AN, MHI
(Koordinator Hisab Rukyat Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sumatera Barat)
Muhammadiyah telah mengumumkan penetapan Ramadhan dan Syawal sampai ke pelosok cabang Muhammadiyah. Di Padang Ekspres juga 19 Agustus: Awal Puasa, Menag tunggu sidang Itsbat, lalu bagaimana sikap warga Muhammadiyah yang sudah menerima maklumat penetapan puasa sementara mentri Agama secara resmi tunggu dulu sidang itsbat tanggal 31 Agustus 2008, masalah ini sejak dulu sudah ada. Dalam hal ini tidak ada yang salah yang penting bagai mana keterampilan kita memahami dengan ilmu pengetahuan serta kepandaian kita untuk mengkompromikan secara baik. Sejalan dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khusus untuk pengembangan ilmu Hisab diperlukan pemikiran yang mendalam dan filosofis tentang dasar yang dijadikan pedoman dalam hisab: arah kiblat, awal waktu shalat, awal bulan dan gerhana. Berhubung puasa mau masuk tulisan ini lebih difokuskan tentang kenapa bisa sama mengawali puasa dan hari raya tanpa harus ada ketergantungan menunggu pengumuman dari pusat terlebih dahulu. Semua orang beriman sudah paham masuknya waktu shalat cukup melihat hisab jadwal waktu shalat. Kapan tanggal satu Muharram, Dua belas Rabiulawal dan dua puluh tujuh Rajab tidak ada perbedaan karena bulan yang di hisab itu juga, makanya selalu sama.
Menurut penulis untuk bisa serentak itu sangat memungkinkan alasannya sederhana saja; bumi satu, bulan satu dan matahari juga satu apalagi Sumatera Barat satu pula artinya kalau di Sumatera Barat bisa sama, maka untuk menyamakan se Indonesia mungkin tidak terlalu sulit. Dengan adanya kemajuan ini ilmu manusia atas ke-Mahaluasan Ilmu-Nya yang dituangkakan banyak dalam Al-Quran dan al-Hadis kemudian dibantu dengan tekhnolgi ilmu hisab atau astronomi. Namun kalau sudah ikut campur tangan kekuasaan politik dan kebiasaan tradisional tentu perbedaan tidak akan berakhir. Metode yang di pakai dahulu dengan merukyat, pandangan mata sering tertutup tatkala melihat bulan sehingga untuk memadatkan keyakinan disempurnakan bulan Syakban dan puasa Ramadhan 30 hari. Sekarang masalah bulan tertutup itu sudah disibak oleh ilmu pengetahuan yang berdasarkan Al-Quran misalnya dalam surat. Yunus : 5 dinyatakan dengan teraturnya matahari dan bulan pada garis edarnya sepanjang tahun kita bisa menghitung perjalanan waktu dengan teliti. Di sisi lain hadis Nabi katakan untuk berhari raya setelah melihat bulan kalau tertutup oleh awan sempurnakan 30 hari. Dalam hadis lain, “… jika pandanganmu terhalang , maka takdirkanlah (hitung/hisab). Artinya dalil hisab lebih kuat karena dimuat dalam al-Quran juga ada dalam hadis, meyakini hisab yang telah teruji dari tahun ketahun agaknya termasuk patuh pada Allah dengan sendirinya patuh pada rasul dan pemimpin. Mudah-mudah jangan ada perangai membalik mendahulukan keputusan manusia yang sarat dengan politis ketimbang ilmu murni yakni hisab atau astronomi. Walaupun demikian sikap menjunjung tinggi perbedaan paham sangat dihargai inilah hebatnya di Indonesia walaupun berbeda tetap rukun. Dulu zaman Nabi SAW. belum ada ilmu hisab di Arab Mekah dan Medianh. Menurut Prof. Dr. Badri Yatim seorang pakar kebudayaan Islam mengatakan pada masa Rasulullah tidak lebih 12 orang yang bisa tulis baca. Satu satunya cara yang efektif merukyah bulan. Sekarang jangankan mengetahui awal bulan, jauh lebih sulit dari itu seperti kapan terjadinya gerhana bulan atau gerhana matahari sudah bisa diketaui termasuk lewatnya “bintang ber-ekor (meteor) sampai kepada tahun, bulan, hari, jam , menit dan detiknya. Menurut perhitungan astronomis konjungsi geosentis (ijtima’) terjadi pada hari Ahad tanggal 31 Agustus 2008 pukul 02 lewat lima puluh sembilan menit WIB. Pada saat matahari terbenam di Padang pukul enam lewat dua puluh dua menit enam belas koma lima dua detik WIB, hilal sudah wujud di atas ufuk mar’i setinggi lima derajat lebih, maka malam itu disebut malam pertama Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan qiyamu Ramadhan atau taraweh sedangkan besoknya disebut siang pertama Ramadhan sehingga tanggal satu Ramadhan 1429 bertepatan hari Senin tanggal satu September 2008 M.Bagaimana halnya dengan tanggal satu Syawal 1429 H tahun ini karena dalam hisab puasa tiga puluh gari, maka hari Raya Idul Fitri dirayakan pada hari Rabu tanggal satu Oktober 2008 M. Kalau pun ada juga yang berbeda itu pengecualian yang punya metode dan kebiasaan tersendiri. Seperti ada yang selalu lebih duluan dua hari atau sehari secara nasional di sinilah perlunya sikap dewasa yang santun saling menghargai perbedaan pendapat. Hanya saja pantaskah bertahan dengan metode lama tanpa mengikuti kemajuan ilmu-Nya Allah yang Maha luas ini. Atau menjadi tontonan dan kekayaan budaya Bangsa. Sekali lagi tidak yang salah paling tidak benar menurut pendapat masing-masing. Munkin bisa di pastikan tidak seorang pun yang ingin salah dalam beribadah. Dengan segala kerendahan hati kebenaran mutlak hanya pada Allah. Kiranya tulisan ini bisa membantu penetapan jadwal Ramadhan dan satu Syawal serta lapangan mana yang dipakai serta kapan kepastian kehadiran khatib Idul Fitri begitu pula pemesanan buat ketupat atau lontong termasuk perencanaan kumpul keluarga atau pulang kampung, semua sudah bisa diagendakan dengan jelas. Besar keyakinan penulis apa yang dihasilkan oleh sidang itsbat sama dengan keputusan Muhammadiyah pusat.

Tidak ada komentar: